Kelezatan Warisan Kuliner: Kue Lapis Surabaya

Rini Diana Wati

Kue Lapis Surabaya, sering juga disebut Spiku, adalah salah satu kue legendaris yang menjadi ikon kuliner kota Pahlawan. Kue ini terkenal dengan teksturnya yang lembut dan rasa manis yang tidak berlebihan, menjadikannya favorit banyak orang untuk dijadikan oleh-oleh atau sajian di berbagai acara.

Sejarah dan Asal Usul

Kue Lapis Surabaya memiliki sejarah yang panjang dan merupakan bagian dari warisan budaya kuliner Indonesia. Kue ini berkembang selama era kolonial Belanda dan menjadi populer sebagai simbol kemewahan dan keanggunan pada masa itu.

Komposisi dan Varian

Kue Lapis Surabaya terdiri dari dua lapisan cake, biasanya satu lapisan berwarna kuning dan satu lagi berwarna coklat, yang dipisahkan oleh lapisan selai kaya. Bahan-bahan utama yang digunakan dalam pembuatan kue ini adalah telur, gula, mentega, dan terigu.

Tabel Bahan Kue Lapis Surabaya

Bahan Kuantitas
Telur 6-10 butir
Gula Pasir 100-125 gram
Terigu 100 gram
Mentega 150 gram
Selai Kaya Secukupnya

Cara Pembuatan

Proses pembuatan Kue Lapis Surabaya memerlukan ketelitian dan kesabaran. Adonan dibagi menjadi dua bagian, satu bagian diberi warna kuning dan satu lagi dicampur dengan cokelat bubuk dan pasta cokelat. Setelah itu, adonan dipanggang dalam loyang yang berbeda dan disatukan dengan lapisan selai kaya.

Kue Lapis Surabaya dalam Budaya Populer

Kue Lapis Surabaya tidak hanya terkenal di Indonesia tetapi juga telah menyebar ke berbagai negara lain sebagai bagian dari budaya kuliner Indonesia. Kue ini sering dihadirkan dalam berbagai acara spesial dan menjadi simbol keramahan serta kehangatan.

BACA JUGA  Tahu Baxo Bu Pudji: Kelezatan yang Menggugah Selera dari Banyumanik

Kesimpulan

Kue Lapis Surabaya adalah lebih dari sekadar makanan manis; ia adalah cerminan dari sejarah, budaya, dan tradisi yang kaya. Dengan teksturnya yang empuk dan rasa yang khas, kue ini terus dicintai dan dinikmati oleh berbagai generasi.

: Wikipedia
: Orami Magazine
: BrilioFood
: Kampung Kaleng.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer